0

Sadar atau enggak, setiap orang pasti sering berfikir "Siapa ya jodohku nanti?" . Gue juga pernah mikir gitu kok. Iya, setiap orang memiliki presepsi yang berbeda mengenai seorang yang akan menjadi pendamping mereka kelak. Ada yang serba minimalis dengan segudang tipe ideal, dan mungkin ada yang tak begitu mementingkan rupa namun mencari mereka yang memberi jaminan dimasa depan, gak sekedar harapan indah yang sebenarnya kesemuan belaka. Dari segudang penilaian orang diatas, kadang gue suka berfikir.. Katanya jodoh itu ditangan Tuhan, tapi gimana kalo kenyataannya Tuhan kita aja berbeda? Sebenernya hal seperti itu udah sering banget kan kita temuin disekitar kita, tapi kadang pasangan itu mempersulit hubungan mereka sendiri. Sehingga orang yang gak tau bakalan berfikir bahwa hubungan beda keyakinan itu sangat gak menyenangkan. Padahal, itu bukan melulu soal siapa Tuhan kita, tapi masalah keyakinan, percuma kamu yakin sama dia tapi dia gak yakin sama kamu. Itu yang susah, asal sama-sama yakin aja, ya seperti kata pepatah.. Kalau jodoh tak lari kemana..

Well, dalam berhubunganpun sebenarnya gak hanya bermodalkan yakin pada hati aja, tapi yakin gak mereka bisa bikin nyaman, kenyamanan itu segalanya, kalo udah nyaman, mau ada orang secakep apapun lewat, gak akan tertarik. Kalo udah nyaman, ngapain pindah? Mereka akan nyaman bila mereka dihargai. Ya misal, pasangan kalian lagi cerita kalo mereka lagi kena masalah atau sakit hati, lo gak usah deh sok menasehati dia, dia cuman butuh didengerin sampe sehat kok. Karena saat lo hanya mendengarkan, menurut pandangan mereka itu tandanya lo peduli, daripada hanya bicara nasehatin malahan terkesan sok ngerti, karena pendengar yang baik itu lebih baik daripada penasihat yang baik. Jadi, dengan hal se-klise mendengarkanpun kalian bisa menilai, "bahwa orang ini udah bener-bener yakin bahwa aku adalah tempat dia pulang, karena dia udah mau menuangkan semua lelahnya di aku.."

Milih pasangan hidup itu jangan asal cinta ya, tapi lihat basic-nya dia buat nemenin kamu. Iya, nemenin kamu seumur hidup. Jangan sampai kita kecolongan salah milih orang, takutnya, salah juga cara hidupnya, karena biasanya kalo basic-nya sangat berbeda, bukannya saling melengkapi malah saling menentang. Ya gitu, hal ini sering kejadian juga kan disekitar kalian? Pasangan berantem hanya karena beda kebiasaan.

Lah Mil, katanya perbedaan itu indah?
Lah Mil, kan berantem bumbunya pacaran..
Lah Mil, aku gendutan gak?

Iya, pertanyaan-pertanyaan itu kadang juga memicu berantem. Perbedaan itu indah. Indah kalo bisa disatukan. Tapi bagaimana jika saling menentang? Saling mengunggulkan? Masih bisa disebut indah? Indah palalo. Berantem emang bumbunya pacaran sih.. Iya gue tau, gue juga pernah pacaran, tapi sayangnya gak semua orang sadar, bahwa masakan yang terlalu banyak bumbu juga gak akan enak.

"Sayang, aku gendutan gak?"

"Eng.. Enggak kok sayang.."

"Aku gak suka cowok pembohong lho.."

"Iya gendutan. Dikit kok."

"APA?! KAMU EMANG GAK PERNAH NGERTIIN PERASAAN AKU YA!!! DASAR COWOK GAK PEKA!!"

Kemudian mereka bertempur di jalur gaza lalu kalah dan milih jualan betadine dan hansaplast disana. Mungkin analogi percakapan diatas adalah tentang mereka, tentang cewek yang berfikir bahwa mereka lebih dicintai karena fisik yang menarik, padahal banyak kok cowok yang sebenernya memiliki hati tulus buat mencintai mereka apa adanya, apalagi jumlah para omnivora cinta di Indonesia juga udah meledak. So, jangan pernah lagi berfikir "Dia-cinta-aku-karena-fisik-makanya-aku-harus-selalu-menarik" Tapi, "Dia-cinta-aku-karena-aku-baik-makanya-aku-harus-selalu-memberikan-yang-terbaik".

Udah ya gue mau ke sekolah byeee~

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Post a Comment

Dear readers, after reading the Content please ask for advice and to provide constructive feedback Please Write Relevant Comment with Polite Language.Your comments inspired me to continue blogging. Your opinion much more valuable to me. Thank you.