Greentea Latte: October 2015

Hujan lagi, menulis lagi

<div dir="ltr">
<img height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhxg0__7mbWzWynYca5kZPw5s17d_zaF7Sg3MStp8Mr9qA2v-Zx3j-3JG0OWQ_U_9JffM89pfHXZXg9-fo_0PGHPR_FHpRNcP-J6q5gBvdsoemH4ChK4LqyCR_-Iljcm416b2I2tbfx5No/s320/rain_makna.jpg" width="240" /></div>
<div dir="ltr">
20:20</div>
<div dir="ltr">
Hujan belum juga reda. Dari dalam kamar aku hanya mendengar dentingan air hujan yang jatuh mengenai tanah. Entah kenapa terasa berat. Hujan anugerah, memang. Harusnya aku merasa senang dan tenang. Tapi entah kenapa, sebaliknya. Justru aku merasa tegang dan bimbang. Ada suatu yang terlarang untuk dikenang.</div>
<div dir="ltr">
Mengawang-awang. Mungkin itu adalah kegiatan terfavorite bagi hati yang sedang mengambang. Mengingat potongan-potongan kejadian yang terjadi. Menyusunnya hingga menjadi sesuatu yang jelas tak akan abadi. Tiba-tiba saja sesak menghampiri. Ada yang tertinggal dihati.</div>
<div dir="ltr">
Kata orang: 
Jika dibuat sakit hati, jangan ingat pas jahatnya, ingat saja kebaikannya dahulu.</div>
<div dir="ltr">
Aku setuju dengan pernyataan itu. Ku acak kembali potongan kenangan yang tadi kususun tak karuan. Aku pasang kembali segala kebaikan yang pernah dilakukan. Segala perhatian yang membuatku merasa tak pernah berkata enggan. Segala sikap yang sekarang aku sadar bahwa itu adalah suatu gestur biasa tanpa arti. Pertanyaan retoris tiada arti. Semua hanya aku yang berusaha memahami. Dan aku mulai sadar ini waktunya berhenti. Haruskah?</div>
<div dir="ltr">
Hujan sudah mulai berhenti sejak beberapa menit yang lalu. Hanya terdengar tetesan air hujan didekat jendela. Ku buka gordin warna krem itu perlahan. Terlihat ada orang berteduh didepan rumah, ada juga yang berjalan agak tergesa dengan menggenggam batang payung yang berbentuk J. Apakah mereka semua pernah patah hati? Apakah laki-laki paruh baya yang sedang duduk didepan rumahku itu pernah patah hati? Lalu, apa gadis pembawa payung dengan gagang J itu juga pernah patah hati? Pernah. Hanya itu.</div>
<div dir="ltr">
Hujan turun lagi, samar-samar. Suaranya tidak seberisik tadi sore. Haruskah aku seperti hujan? Awalnya begitu deras lalu kemudian mereda? Haruskah? Tidak. Aku tetap jadi pembangkang. Tidak peduli dengan siapa dia saat ini. Hatiku tetaplah pembangkang. Jadi, tidak harus.</div>
<div dir="ltr">
Hujan makin menjadi, diiringi lampu mati. Ditemain sebuah lilin, sebuah pelajaran baru. Begini patah hati yang lengkap. Hujan dan gelap. Yang tersisa hanya seberkas cahaya, dan nahasnya, suatu api bisa tersulut kapanpun dan membesar sesukanya.</div>
<div dir="ltr">
20:37 
Lampu sudah nyala. 
Lanjut belajar dulu.</div>
<div dir="ltr">
Kudus, 30 Oktober 2015</div>

Hujan lagi, menulis lagi

20:20 Hujan belum juga reda. Dari dalam kamar aku hanya mendengar dentingan air hujan yang jatuh mengenai tanah. Entah kenapa terasa be...

Jadi, akhirnya hujan juga.

Unknown 0 18:16

Kata orang, ada dua jenis sibuk. Sibuk benar-benar sibuk, dan sibuk karena ada suatu hal yang harus dihilangkan. Entah yang mana yang aku rasain sekarang. Aku sibuk benar-benar sibuk atau ada sesuatu yang ingin aku lupakan.
Ini adalah sekitar dua jam yang lalu setelah peremuan kita. Singkat memang, namun terasa seperti selamanya. Baru aku sadar, kita bisa rindu sama orang yang baru saja kita temui. Pertemuan yang gak disengaja. Pertemuan yang membuat hati bagaikan tenggelam ditepi senja. Aku melihat dia dari balik jendela kelas. Dia sedang disana. Bersamanya. Dan itu bukan aku. Bercengkrama layaknya dua pemadu cinta. Mendung tidak segera hujan. Dekat, tapi tidak segera jadian. Dan semua berakhir dengan datangnya seorang ditengah jalan.
Akhirnya hujan turun. Masih ku perhatikan dari balik jendela. Mereka terbingkai hujan. Indah sekali. Sakit sekali. Dari dalam sini aku bisa merasakan kehangatan mereka. Dan justru membuat hatiku beku. Dingin juga. Ku perhatikan bulit-bulir air hujan yang jatuh pada kaca dihadapanku. Rupanya kita senasib. Ketika bulir itu mencoba menembus dinding kaca, namun tak bisa. Sekuat tenaga. Dan akhirnya, jatuh tak berharga. Seperti aku yang mencoba menembus dinding pertahanan hatimu, sedikit demi sedikit. Sekuar tenaga. Dan akhirnya, jatuh dan rapuh.
Sampai saat ini masih terbayang jelas bagaimana itu bisa terjadi, melihat seseorang yang paling berharga bahagia, mampukah hentikan semua itu? Karena sesungguhnya, ini bukan tentang menjadi mereka yang selalu ada ataupun memberikan segalanya. Tapi ini tentang, merelakan. Mengikhlaskan sesuatu yang tidak pernah kita miliki, tidak ada yang pernah bilang akan sesulit ini..
Dan akhirnya hujan turun membasahi dua kelopak mata dan berjatuhan disebuah pangkuan..
Kudus, 30 Oktober 2015
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiXnQ-iDsHUWkUISyl87ZNt1a8DYAYvqr8kWnmgkhxYDczBc4oyRw15tSdLtdggtOSpEJanjm0YOWq803rUlqOGKe4MBHtkR2GBqXVU8SgRTxMOl1NAu85XtX6qcpe4TtmLCw0hPHdfd74j/s1600/a72dbab2497711e2b0c122000a9f17df_7.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"> <img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiXnQ-iDsHUWkUISyl87ZNt1a8DYAYvqr8kWnmgkhxYDczBc4oyRw15tSdLtdggtOSpEJanjm0YOWq803rUlqOGKe4MBHtkR2GBqXVU8SgRTxMOl1NAu85XtX6qcpe4TtmLCw0hPHdfd74j/s640/a72dbab2497711e2b0c122000a9f17df_7.jpg"> </a> </div>

Jadi, akhirnya hujan juga.

Kata orang, ada dua jenis sibuk. Sibuk benar-benar sibuk, dan sibuk karena ada suatu hal yang harus dihilangkan. Entah yang mana yang aku ra...

Tulis dulu, sebelum Kamilla lupa

Unknown 0 21:57

Jadi aku bakal tulis dulu yang penting hari ini. Karena aku pelupa, dan aku yakin menulis itu menolak lupa. Yah gimana lagi, kan kalau lupa dibaca jadi ingat lagi. Bukan hanya hari ini sih, intinya beberapa hari terakhir ini. Tentang yang tidak akan aku lupain selama hidupku. Disekolah paling romantis sedunia, minimal se Asia deh.
Hmm akhirnya aku bisa rasakan apa yang anak SMA lain di ftv rasakan. Boleh deh kalian ketawa, terserah kalian. Tapi beneran deh, semua memang gak sengaja. Awalnya aku gak begitu kenal sama dia, ya kenal tapi responku kurang bagus sama dia karena faktor pemikiran yang ku kira semua cowok itu sama saja. Ternyata tidak, waktu membawa aku pergi. Semakin lama aku kenal dia, rasanya indah. Dia selalu tahu bagaiman cara membuatku merasa selalu istimewa, lucunya perasaan semacam ini belum aku dapatkan selama aku dekat dengan sebelumnya atau sebelum-sebelumnya. Pertemanan kami indah sekali dibumbui dengan romansa-romansa anak SMA. Ya pokoknya kalau dibuat ftv ratingnya lumayan lah. Dia itu seru. Lucu.
Awalnya begitu.. 
Indah yaaaa?
Tapi itu tidak lama. Gak tau deh kenapa, rasanya langsung seperti nggak kenal. Ya gakpapa sih karena gak ada apa-apa. Kan ku bilang tadi pertemanan, bumbunya hanya untuk pelengkap. Lucu memang, saat awal belum kenal lalu kenal kemudian dekat dan setelahnya seperti dua orang asing yang gak pernah bertemu sebelumnya. Saling buang muka dan gak saling sapa seperti dulu. Yah, gak jadi romantis deh sekolahku... Apa semua anak SMA kayak gini? Aku juga bingung, aku sih suka sama orang di sekolah udah pernah, tapi kalau udah tumbuh takut tidak berteman lagi baru ini, ya aku sih gak begitu ambil pusing, tapi pusing juga suka mikirin. Susah juga sih, iya susah bagaimana ku hentikan mikirin dia. 
Terus aku harus apa ya, mau tanya aku juga gak berani. Yaudah deh, setidaknya aku sudah pernah punya manis-manis ke dia. Kan aku yang suka, itu urusanku. Terus bagaimana dia kepadaku? biarin aja terserah dia, kan urusannya. Selamat ulang bulan yaaa lincah selalu.
Kudus, 28 Oktober 2015 

<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgiF0AumpFHDdVxFjGEk8Rx3xN6KxXNUjvU3cJ-dLpccHbaYW82J9ZZ6GMLeEhdrQoCy0-JXpOP_MEE0nELgdQJeVslFzwBsOKiNqgNV1MRrhTz_kzGfzpZQN4slpkczq6ebKwpmhuxflio/s1600/IMG_20150911_190913.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"> <img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgiF0AumpFHDdVxFjGEk8Rx3xN6KxXNUjvU3cJ-dLpccHbaYW82J9ZZ6GMLeEhdrQoCy0-JXpOP_MEE0nELgdQJeVslFzwBsOKiNqgNV1MRrhTz_kzGfzpZQN4slpkczq6ebKwpmhuxflio/s640/IMG_20150911_190913.jpg"> </a> </div>

Tulis dulu, sebelum Kamilla lupa

Jadi aku bakal tulis dulu yang penting hari ini. Karena aku pelupa, dan aku yakin menulis itu menolak lupa. Yah gimana lagi, kan kalau lupa ...

Belajar dari kehilangan: Menemukan sesuatu yang baru

Unknown 0 21:37

Siapa yang gak pernah merasakan kehilangan? Hampir semua manusia dimuka bumi ini ada karena hilang. Paham gak? jadi gini, semua itu ada prosesnya, saat kita dilahirkan, ditempat lain ada yang meninggal. Begitu terus. Tidak pernah berhenti siklusnya. Semua yang hilang akan digantikan oleh yang baru. Semuanya, termasuk cinta.
Gue pribadi sudah mengalami beberapa kehilangan-kehilangan terbesar dalam hidup gue. Pertama, gue kehilangan sosok seorang ayah yang amat gue butuhkan dalam menata hidup gue kedepannya. Dan itu sangat membuat gue terpukul. Hidup hanya dengan kasih sayang seorang ibu. Walaupun ibu sudah memberi gue kasih sayang yang besar, tetap saja buat gue itu janggal karena tidak ada sosok tegas yang mengiringi perjalanan hidup gue selama kurang lebih hampir 17 tahunan ini. Tapi sesuatu yang hilang membuat kita belajar kan, gue belajar untuk tidak selalu bergantung pada seseorang, gue jadi terbiasa melakukan apapun sendirian. Bahkan untuk keseharian sebisa mungkin gue memenuhi kebutuhan gue sendiri, dengan gue buka olshop yang sangat lebih dari cukup untuk gue sehari-hari. Kenapa gue memilih olshop? karena bagi gue sekarang jaman sudah canggih. Daripada punya smartphone hanya untuk sesuatu yang gak bermanfaat? ya nggak? tapi kembali pada siklus awal semua yang hilang akan digantikan oleh yang baru. Setelah beberapa waktu akhirnya ibu gue memutuskan untuk menikah. Ya memang, akhirnya hidup gue gak lagi sepi sejak kehadiran adik-adik serta sosok ayah baru yang dirasa sudah seperti keluarga-keluarga bahagia diluar sana. Ayah, ayah apakabar? Rindu, Yah. Maafin ya yah, kita belum sempet ketemu. Dan ternyata memang sudah tidak diijinkan lagi untuk bertemu. Dan mungkin saatnya kalian semua tau, bahwa rindu gue tersampaikan namun tanpa kesempatan.
Kedua, kehilangan sosok paman yang sangat baik sekali. Beliau adalah yang mengajarkan gue untuk menjadi manusia kuat. Beliau adalah paman terdekat gue. Pernah gue bahas disalah satu postingan gue keknya kalau gak salah. Gue kangen banget sama guyonan dan wejangan beliau. Tenang di surga ya Om.
Lalu tadi pagi, baru saja gue dapat kabar bahwa nenek gue meninggal. Who knows gue sangat terpukul banget karena saat gue pulang kampung biasanya nenek gue selalu manjain gue, apa-apa buat gue. Dan beliau adalah yang merawat gue saat Smp. Saat ibu gue menikah dan memilih ikut suaminya di Kudus. Dan sekarang gue paham rasanya, kehilangan.
Parahnya, gak hanya itu. Gue juga kehilangan sosok yang gue suka. Yang pada awalnya gue pikir dia akan mewarnai hidup gue. Ternyata tidak. Dia datang memberi warna, namun setelahnya Ia hapus semua menyisakan putih dan hitam disana. Sakitnya memang gak seberapa, tapi harapan yang dia buat sudah jatuh jauh dalam rasa. Pada awalnya gue gak berfikir akan tumbuh rasa semacam ini, karena bagi gue yang ada hanyalah pertemanan. Dia selalu membuat harapan itu ada. Membuat gue seolah-olah begitu berharga. Tapi nyatanya itu gak bertahan lama. Dan semua berakhir gitu aja tanpa ada sepatah kata. Ah tapi mau gimana? Justru tandanya dia bukan yang istimewa, dan lagi-lagi gue merasakan itu. Kehilangan.
Lalu apa yang gue lakukan? Seperti orang-orang yang sedang kehilangan lakukan. Gue berdoa dan terus berdoa. Berharap mereka semua ada disurga. Lalu untuk dia? Gue akan tetap mencintai dia, tidak akan pernah tidak. Hanya saja, gue sudah tidak berharap lagi buat memilikinya. Karena gue tau, sesuatu yang hilang akan digantikan oleh yang baru. Dan, yang bisa gue lakuin sekarang selain menunggu adalah dengan menjadi pribadi yang lebih baik lagi, karena kata orang mereka yang satu dengan kita adalah cermin dari diri kita sendiri. Berarti, jadilah orang baik dulu jika ingin ketemu yang baik.
Percayalah, yang hilang pasti akan kembali jika itu memang milikmu.
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj228Ii9NT2haZPvfpIULcB-bDELD14LrNxG2TlOMaJ1eCUDpdNdIlNyJh8pMlr8f4OdkAjaZ3J4v9Q6kiQGEEyLni2zxdnSv57Em1-vT_vsTe2ywLP6dvZQFaUolRvxYljmvstMCHHs-jq/s1600/IMG_20150726_124401.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"> <img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj228Ii9NT2haZPvfpIULcB-bDELD14LrNxG2TlOMaJ1eCUDpdNdIlNyJh8pMlr8f4OdkAjaZ3J4v9Q6kiQGEEyLni2zxdnSv57Em1-vT_vsTe2ywLP6dvZQFaUolRvxYljmvstMCHHs-jq/s640/IMG_20150726_124401.jpg"> </a> </div>

Belajar dari kehilangan: Menemukan sesuatu yang baru

Siapa yang gak pernah merasakan kehilangan? Hampir semua manusia dimuka bumi ini ada karena hilang. Paham gak? jadi gini, semua itu ada pros...

Sebenernya kalian ini apa?

Unknown 0 07:27

Hai. Selamat bertemu lagi! Sudah lama nggak nulis, giliran ada waktu ya pas lagi sakit gini. Hmm sebenerya kalian itu apa? Pertanyaan retoris macam itu tiba-tiba muncul dibenak gue. Tiba-tiba aja seperti bertanya pada diri sendiri. Seperti apa, apa sebenernya? Pernah gak sih kalian merasakan, saat sama temen-temen, ada orang yang biasa aja ke kamu. Tapi saat kalian berdua, kenapa orang itu begitu perhatian? Tapi posisi dia hanya teman kalian aja. Tidak ada sesuatu yang lebih diantara kalian. Dan itu berlangsung lama sekali. Tapi tetap tidak ada apa-apa. Sakit, enggak. Entah gue juga bingung dengan semacam ini. Mau dianggap baik, tapi bisa aja dia baik ke semua orang. Mau dianggap lebih, tapi kenyataannya tidak pernah ada peningkatan apapun diantaranya. Mau jatuhkan hati, takut salah posisi. Mau menjauh, tapi gak mau kehilangan teman sebaik dia. Terus harus gimana? Jika ada diposisi seperti ini, gue bingung akan ngapain. Kalau cuma temen, apa arti perhatian-perhatian dia selama ini, kalau cuma temen, kenapa ada rasa seneng ketika dia manggil, kalau cuma temen, kenapa rasanya deg-degan saat diledekin temen-temen tentang kalian berdua, kalau cuma temen, kenapa rasanya sesak saat tau dia sama yang lain, kalau gak suka, kenapa harapan itu selalu dia buat ada? Pas udah mulai ngarep, justru dia yang menjauh. Ketika udah berusaha buat nggak ngarep, saat liat dia senyum lagi, rasanya lupa sedang berusaha untuk apa. Sebenernya kalian itu apa? kalian itu gimana? Kenapa, kenapa setelah begitu rasa sakitnya, kenapa rasa ngarep itu terus ada, dia yang jahat atau kita bodoh? Kadang hal sesepele ini bisa bikin kita gak bisa tidur semalaman, gak nafsu makan, sariawan, gigi berlubang... ah engga. Jadi harus apa? harus gimana? terus bertahan seperti ini? sampai kapan? Urusan waktu. 
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiaZ7khX0r6CmQSPU1Z9p4j9JQ4dJx9j7gltQsM_RgmLmBFK07KO_FlLUsiT2RWnqlfsuY461tq_qcD2f3aEQWq_XH6WX6Lu05Z6Z-z8RowYKQAORgYgVQw_aARX3qJJAkLEgR0nGZBBca0/s1600/IMG_20151013_232407.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"> <img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiaZ7khX0r6CmQSPU1Z9p4j9JQ4dJx9j7gltQsM_RgmLmBFK07KO_FlLUsiT2RWnqlfsuY461tq_qcD2f3aEQWq_XH6WX6Lu05Z6Z-z8RowYKQAORgYgVQw_aARX3qJJAkLEgR0nGZBBca0/s640/IMG_20151013_232407.jpg"> </a> </div>

Sebenernya kalian ini apa?

Hai. Selamat bertemu lagi! Sudah lama nggak nulis, giliran ada waktu ya pas lagi sakit gini. Hmm sebenerya kalian itu apa? Pertanyaan retori...

Greentea Latte

Hujan lagi, menulis lagi

Jadi, akhirnya hujan juga.

Tulis dulu, sebelum Kamilla lupa

Belajar dari kehilangan: Menemukan sesuatu yang baru

Sebenernya kalian ini apa?

Popular Posts

Labels

Comments