0
Dan aku ingat betul siapa orang yang ada disamping pak Suyitno itu. Aku menoleh ke belakang ke bangkunya Nanda, dia juga paham dengan yang ku maksud. Dan saat itulah, aku sadar. Ada seseorang yang akan merubah hari-hariku! Untuk selamanya!
Pak Yitno,  kelasku itu, mengucapkan salam dibalas salam dari kami satu kelas. Disampingnya, anak yang tadi pagi ketemu di tempat absen, yang belum aku ketahui namanya. Dia berperawakan sedang, gak tinggi-tinggi amat deh. Kalau sama aku mungkin hanya selisih gak sampai sepuluh sentimeter. Kulitnya bersih untuk ukuran laki-laki. Tidak gelap, cenderung kuning langsat, mungkin karena dia sering kegiatan jadi agak cokelat, hehe sotoy, tapi hal itu justru bikin dia lebih kelihatan cowok, terus matanya sipit banget, aku yakin dia pasti punya keturunan chinese, yaaah kumat deh sotoy nya... Pokoknya kalau disamain artis, dia itu mirip Boy William versi jawa dan versi agak kurus plus pendek.
Tiba-tiba saja perutku mulas, duh, pasti gara-gara dipaksa ibuku sarapan tadi pagi. Ya gitu, aku memang gak biasa sarapan, suka mules. Karena kemarin aku habis sakit kecapean usai liburan dirumah saudara, akhirnya ibuku maksa untuk makan biar gak pingsan pas upacara, walau kenyataannya hari ini sekolahku dibebaskan dari upacara bendera wajib di hari senin.
Aku segera izin ke toilet, dan melewatkan prosesi perkenalan dengan anak baru tadi. Seusai menyelesaikan misiku dengan alam tadi, hehe, aku cuci tangan di wastafle yang ada di toilet. Ku basuh mukaku yang agak kuyu karena kehujanan tadi pagi. Wajah anak baru itu melintas di pikiranku, ah siapa ya nama anak itu? Tau deh. Aku tidak peduli, aku juga tidak akan minta kenalan, biar dia yang ajak aku kenalan, males amat. Gengsi tau gak?
Aku kembali ke kelasku dan duduk tentunya di tempat dudukku sendiri. Anak baru itu duduk jauh sekali dari tempat dudukku, dia di ujung depan paling kanan, duduk sebelahan dengan Fahmi. Sedangkan aku duduk di bangku nomor tiga paling ujung di kiri. Jauh kan? Lagian siapa juga yang mau dekat-dekat sama dia? Nggak tuh.
Pelajaran antropologi hari pertama sangat gak seru. Dulu, saat kelas 10, pelajaran ini adalah yang paling ku tunggu, kenapa? Karena selain itu mata pelajaran baru, gurunya juga lucu dan asik banget. Nggak kayak sekarang, ganti guru dan bikin ngantuk deh pokoknya. Tapi demi jaga image sebagai siswa yang baik, aku pura-pura aja baca buku dan dengerin apa yang dijelaskan pak guru, padahal sih, ngantuk banget!
Bel istirahat rupanya lebih indah ketimbang suara Afgan, hehe maaf yaa bukan bermaksud menjelekkan penyanyi yang hits pada era SMA ku dulu itu, tapi memang bel istirahat membuatku dan teman-teman terlepas dari mapel yang bikin ngantuk tadi.
Semua siswa berhamburan keluar, aku ikut juga, aku ke kantin bareng teman-temanku yang biasa jajan bareng. Setelah dirasa cukup makan dan ngerumpinya di kantin, (jadi kantin selain tempat makan juga multifungsi sebagai tempat nongkrong) kami kembali ke kelas.
Ku lihat, si anak baru itu sedang lihat-lihat lemari perpustakaan kelas. Karena kekunci jadi dia cuma lihat dari pintu kacanya. Ku dekatin dia. Bukan modus. Hih, males deh.
"Nih, nanti kalau mau pinjem tulis sendiri disini, dan kalau udah selesai pinjem kuncinya balikin, tau kan duduk aku dimana? Oh iya, telat sehari denda lima ratus, maksimal boleh pinjem dua buku, dan masa pinjem cuma dua minggu per peminjaman, ngerti?"
Aku bicara panjang lebar agak judes, biarin aja. Suka-suka aku dong? Dia cuma ngangguk. Kasihan sebenarnya. Aku jadi merasa bersalah, tapi ya sudahlah. Aku kembali duduk dibangku ku, ngobrol dengan teman-teman. Kata mereka aku gak ramah sama anak baru itu, yang baru aku tau juga kalau namanya Koko. Aku nggak tanya, serius deh. Mereka yang kasih tau aku. Terus gak berapa lama dia datang ke bangku tempatku duduk.
"Makasih yaa. Diana? Iya kan?"
Wahhhhhh. Hatiku mendadak membuncah. Kok dia tau nama aku ya? Tau dari mana? Belum sempet aku tanya, seperti membaca fikiranku, dia malah menjawabnya dengan kaku.
"Salah ya? Aku lihat di buku pinjaman itu, yang tanda tangan Diana, aku kira kamu. Maaf yaa."
"Memang aku Diana kok."
Dia tampak salah tingkah lagi. Lucu banget. Eh kenapa sih aku?
"Eh, oke maaf Diana.." dia beringsut kembali ke tempat duduknya. Mengeluarkan kacamata baca dari tasnya. Oh dia ternyata berkacamata. Lucu juga. Aduh, mungkin pikiranku sudah ngelantur gara-gara makan soto mbok Pah tadi. Hih, sebellllll!

Post a Comment

Dear readers, after reading the Content please ask for advice and to provide constructive feedback Please Write Relevant Comment with Polite Language.Your comments inspired me to continue blogging. Your opinion much more valuable to me. Thank you.