0

Jika sedang hujan begini, aku lebih suka melamun. Tidak tau apa alasannya, bagiku melamun diwaktu hujan adalah kegiatan kesukaanku selama satu atau dua bulan terakhir ini.

Jika yang lain memilih untuk berlindung dari derasnya serangan hujan disore hari, aku justru memilih untuk membiarkan bulir-bulir air hujan itu mengenai tubuhku.

Dipersimpangan jalan, aku duduk di atas motorku seraya menunggu detik-detik sebelum lampu hijau menyala.

Baru kali ini, 60 detik terasa begitu cepat untuk sebuah lamunan dibawah hujan. Teringat apa yang terjadi sebelum hujan turun. Suaranya yang membuat persendian lututku hampir lepas, suaranya yang sangat aku rindukan.

Tertawa renyah seperti biasanya diujung sana. Hal yang aku sukai, kejutan. Dia mengejutkanku dari jauh. Dan bodohnya aku sangat terkejut hingga menjatuhkan gelas ditempat makan tadi, dan harus menggantinya.

Lagi-lagi kebodohanku tak bisa ditepis, dari sini, aku selalu yakin bahwa; "Ah, pasti dia juga rindu aku.." Pasti. Pasti. Pasti. Ungkapan orang yang sudah menyerah, bukan.

Lampu hijau sudah menyala, dibawah langit gelap dengan kecepatan 40km/jam aku tersenyum simpul. Hujan kian deras tanpa ada yang menyadari bahwa aku juga sedang hujan.

Hanya aku yang menyadari, bahwa bukan aku yang dia rindukan.

Post a Comment

Dear readers, after reading the Content please ask for advice and to provide constructive feedback Please Write Relevant Comment with Polite Language.Your comments inspired me to continue blogging. Your opinion much more valuable to me. Thank you.