0
Ku lantunkan pelan ayat demi ayat surah yasiin,
Didepan gundukan tanah merah yang basah itu,
Sebab hujan kemarin sore,
Perlahan ku pejamkan mataku dengan bibir masih bergumam ayat-ayat surah terindah itu,
Pandanganku terlempar pada kejadian-kejadian beberapa tahun silam,
Saat belum ada gundukan tanah ditempat ini,
Dimana hidupku begitu teratur,
Dimana aku selalu merasa cukup,
Aku seperti melihat diriku sendiri berlarian dengan ceria dan tertawa bersamanya,
Beliau yang kini tertutup gundukan tanah itu,
Dimana dengan tubuh tuanya beliau masih saja ingin menuruti segala yang ku mau,
Padahal saat itu aku sudah kelas tujuh,
Dengan agak tergopoh-gopoh ku gandeng tangan beliau kesana-kemari sesukaku, bahkan sampai ke pusat perbelanjaan sekalipun,
Tak ada keluhan dari beliau,
Yang ada beliau justru tertawa melihat tingkahku,
Lalu ingatanku terlempar lagi saat ku tau aku mengecewakan beliau karena kesalahanku sendiri,
Terbayang raut wajahnya yang sedih, aku ikut merasa sedih bila ingat itu,
Tapi beliau tidak pernah menyalahkanku seratus persen,
Karena aku tau betapa besar cinta beliau padaku,
Kini, beliau sudah tenang disana, makin pelan doa yang ku panjatkan,
Menetes juga air mataku saat ini,
Kembali ke dunia fana yang ku benci,
Keinginan menyeruak dalam hati,
Tapi hanya air mata yang kini mampu mengerti,
Ingin rasanya, aku kembali..

Post a Comment

Dear readers, after reading the Content please ask for advice and to provide constructive feedback Please Write Relevant Comment with Polite Language.Your comments inspired me to continue blogging. Your opinion much more valuable to me. Thank you.