0
Hallo, namaku Diana. Usiaku 16 tahun, anak pertama dari 2 bersaudara, adikku, David, dia hanya selisih dua tahun dari aku, jadi sekarang dia adalah anak baru gede yang di idolain banyak teman-teman sekolahnya, tak sedikit juga teman-temanku, dan sekarang aku kelas 2 SMA. Tepatnya MAN. Seru gak sekolah di Madrasah? Itu pertanyaan retoris yang menyebalkan buatku. Banyak sekali teman-temanku dari Smp yang bersekolah di SMA nanyain hal itu. Basi. Seru atau enggak itu tergantung orangnya yang jalanin, kalau kataku, ehm.. Jujur, gak seru. Sekolah di Madrasah itu banyak hal nyebelinnya daripada di Sekolah. Jadi seolah-olah semua yang dimadrasah itu orang suciiiiiii banget. Padahal aku yang notabennya lulusan Smp males banget dengan seremonial hal yang menurutku terlalu religius. Awal masuk Madrasah susah banget, kenapa? Karena aku kaget dengan mata pelajaran dan aturan disana. Pokoknya berbeda banget dengan di Smp ku dulu. Serius. Selain wajib pakai jilbab, segala yang kita pakai harus benar-benar memenuhi syariat Islam. Bahkan sampai kuku anak perempuan selalu diperiksa didepan gerbang saat berangkat sekolah. Please, deh!
Setahun lebih akhirnya aku terbiasa juga, ya begini aku jadinya. Tetap nurutin peraturan kalau di Madrasah, tapi tetap jadi diriku sendiri kalau dirumah. Tapi, dibalik Madrasahku yang menyebalkan ini, ada hal yang mengalihkan pendapatku mengenai tempat yang menjadi saksi pembelajaranku selama setahun (lebih dikit) ini. Iya, menjadi Madrasah yang menyebalkan dan romantis. Romantis sekali. Jadi akan ku ceritakan bagaimana bisa, madrasah ini menjadi tempat bersejarah bagi kisah cintaku, kisah cinta muda-mudi SMA kala itu, sebelumnya ku jelaskan dulu, sekarang usiaku 28 tahun. Aku sekarang sedang duduk di ruang kerjaku seusai menidurkan putraku yang berusia 2,5 tahun. Aku menikah dengan suamiku 4 tahun lalu, dan sekarang tinggal dikawasan Ngaliyan, Semarang.
Kudus, 04 Januari 2016
Pagi itu gerimis menemani perjalananku menuju sekolah, jalanan cukup macet, soalnya kan hari itu hari pertama masuk sekolah setelah liburan panjang semesteran yang digabung sama liburan tahun baru. Pas lampu merah, aku merapatkan jaketku, soalnya gerimisnya makin deres. Oh iya, aku naik sekolah dengan sepeda. Dimasa itu, sepeda sudah dianggap kuno, hampir seluruh teman-temanku pakai sepeda motor. Tapi, ada alasan yang membuatku keukeuh tetap pakai sepeda, biar sehat dan gak nimbulin polusi. Hehee. Sebetulnya sih karena, naik sepeda lebih praktis, nggak mikir bensin dan service. Tapi untungnya pagi itu nggak telat, tepat waktu. Setelah itu aku buru-buru markirin sepeda di tempat parkir samping sekolah, terus lari ke gerbang. Tapi tumben hari itu gak ada operasi kayak biasanya, soalnya ku pikir hujan, guru-guru tim operasi rata-rata wanita, mungkin mereka takut juga bedaknya luntur. Hehe, itu juga yang bikin aku sebal. Setiap ada siswa perempuan yang ketahuan pakai bedak, pasti selalu dimarahin, bahkan disuruh cuci muka. Padahal kan mereka juga pakai? Gak adil kan. Tapi ya itu urusan mereka, yang penting aku gak pakai bedak.
Habis itu aku ketemu teman sekelasku, Nanda. Nanda itu cowok tau, terus kita barengan ke tempat absen. Oh iya, karena waktu itu sekolahku adalah sekolah yang udah masuk kawasan sekolah canggih dan favorite, jadi buat absen aja, kita harus scan wajah. Padahal setiap hari, guru BK masih keliling kelas untuk nanyain siapa saja yang hari itu gak masuk. Gak berguna banget kan? Ku pikir scan wajah itu kurang efektif, soalnya absen gak absen tetep aja ada absen akurat dari BK.
"Ruang TU dimana ya?"
Seseorang menghampiri aku sama Nanda yang baru selesai absen. Aku gak pernah lihat dia sebelumnya. Tapi dia pakai seragam kayak kami. Dengan badge angka 11 romawi dilengan bajunya. Jadi seangkatan ku, mungkin anak kelas lain? Tapi ya masa, setelah setahun lebih sekolah dia gak tau dimana ruang TU? Tapi aku gak pikir panjang deh, bodo amat. Apa masalahnya sama aku? Setelah nunjukin dimana letak ruang TU, aku sama Nanda pun ke kelas, melupakan orang yang baru saja kita temui tadi.
Di kelas, aku menjabat sebagai seksi perpustakaan, seru. Jadi tugasnya itu selain data-datain buku-buku yang dipinjam di perpustakaan kelas (jadi, dulu setiap kelas jurusan bahasa difasilitasi perpustakaan kelas yang isinya buku-buku sastra dan novel-novel yang selalu diperbarui setiap tengah semester oleh petugas perpustakaan) aku bisa pinjam buku lebih banyak daripada teman-temanku, karena kunci lemari buku ada ditanganku, curang ya? Tapi yang penting mereka nggak tau, dan aku selalu kembalikan tepat waktu.
Aku tinggal di kelas 11 program bahasa 2. Di Madrasahku ini, ada 4 jenis jurusan, yaitu IPA, IPS, Bahasa, dan Keagamaan, Tapi kelasku orangnya asik-asik dan seru banget untukku. Saat itu kami sekelas sedang ngobrolin liburan kemarin, karena hari itu hujan cukup deras, akhirnya hari itu dibebaskan dari upacara. Yeay, asik. Gak berapa lama, bel masuk bunyi dan kami semua berdoa dengan rapi, dan saat itulah wali kelasku masuk bersama seseorang yang tak asing buatku..

Post a Comment

Dear readers, after reading the Content please ask for advice and to provide constructive feedback Please Write Relevant Comment with Polite Language.Your comments inspired me to continue blogging. Your opinion much more valuable to me. Thank you.