0

Jujur aja, sebelumnya aku bukanlah pecinta novel yang berisi seremonial hal romantis yang kadang nggak realistis. Lebih suka baca The Lord of The Ring atau nggak Harry Potter yang bisa membuat imajinasi semakin tidak terbatas walaupun sudah difilmkan. Karena apa, karena itu memang jenis novel penuh dengan imajinasi yang seru tapi tak akan berakhir dramatis.

Lalu sampai pada akhirnya, aku bertemu dengan Dilan diperpustakaan, ku pikir awalnya, itu adalah novel dengan akhiran cerita salah satu tokoh meninggal dunia, karena yang ku baca hanya sekilas mengenai masa lalu. Tapi bulu bersampul biru yang bertuliskan angka 1990 itu lumayan menyita perhatianku, ketimbang buku antropologi yang harusnya ku pinjam saat itu. Jadinya ku baca sampai akhir.

Dan aku jatuh cinta.

Pernah ada novel, atau bisa dibilang chicklit, karya teh Icha, Cintapuccino. Kalian anak 90-an pasti nggak akan asing. Tapi karena saking cintanya sama Cintapuccino, aku justru sangat kecewa dengan filmnya. Kurang 'menantang' aja. Tidak seperti tokoh Rahmi yang liar dan pemberani. Okay, disitu teh Sisi udah keren banget karakternya, secara pemain AADC gitu loh. Tapi tetap saja, banyak bagian yang hilang, dimana sosok Rahmi ataupun Nimo yang diperankan oleh kang Miler, itu belum ada kemistri kalau bagi saya. Ada yang kurang.

Kembali ke Dilan,
Dilan, Dilan, Dilan. Kemudian dia menjadi tokoh imajiner idolaku, idola kami para perempuan. Karena dengan penggambaran karakternya, seolah dia pria yang 'pasti' akan banyak dimaui jika masih ada dijaman sekarang. Karena sehari setelah baca, aku sangat takjub karena Dilan memang pernah ada didunia nyata. Dan masih ada. Akupun terhanyut oleh setiap apa yang diucapkan oleh Dilan ke Lia, sampai-sampai gaya bicaraku ikutan melayu beberapa hari karena keseringan baca Dilan.

Tidak lama, ada Dilan 1991.
Walaupun lebih dramatis, setidaknya disitu Dilan justru malah semakin membuatku ingin ke dia. Agak sedikit kesal dengan sikap Lia yang terlalu ngekang Dilan, tapi kalau aku jadi Lia, akupun juga akan seperti itu. Sangat disayangkan saat itu Lia begitu gegabah membuat keputusan untuk pisah dari Dilan. Tapi nggakpapa. Kalau nggak putus, mungkin nggak akan dibikin novel. Hehehe. Disini, ayah Pidi Baiq benar-benar seolah memang Lia yang mencurahkan isi hatinya. Walaupun 65% intisarinya diambil dari narasumber asli, yaitu Lia sendiri. Tapi sungguhan, itu keren Yah, aku bisa merasakan saat Lia menangis. Saat rindu Dilan.

Setelah 1991 selesai, mulai timbul sebal dengan Dilan juga. Kenapa dia nggak ngajak Lia balikan? Nggak berapa lama, muncul Suara Dari Dilan yang bikin deg-degan saat ayah mulai ngasih kode kalau bukunya akan terbit. Sebulan setelah terbit, aku baru dapat bukunya. Karena di gramedia selalu sold out. Please, Mizan! Cetak lebih banyak lagi!

Dan setelah aku baca isi hati dari Dilan, aku mengerti. Tak seharusnya dia disalahkan juga. Tapi itu juga bukan salah Lia. Itu sudah takdir, dan tidak boleh diungkit kembali. Masa lalu bukan untuk diperdebatkan, bukan? Disitu mungkin para pria bisa belajar dari Dilan supaya jangan hanya membuat perempuan mau ke dia, tapi juga ikhlas, senang dan lillahita'ala. Lalu, semakin melayanglah imajinasiku tentang Dilan dan Milea.

Lalu, kemarin siang, aku baca di instagram katanya di the panas dalam ada casting untuk pemain Dilan? Hah? Difilmkan? Aku kaget setengah lapar. Karena aku bacanya pas lagi dikantin sekolah. Aku sempat nggak setujuh, karena aku pernah baca artikel hoax tentang bakal pemeran Dilan. Aku sempat protes ke ayah, tapi mentionku nggak kebalas, padahal twitterku sudah difollowback. Ayah mah..

Sebenarnya aku pengin ikutan casting, cuma aku berjilbab, mau jadi siapa coba? Bu Rini? Hahaha. Tapi ku pikir, Sasa cocok jadi Lia. Kau tau, Sasa itu adik dari Sisi Priscilla yang meranin Rahmi di Cintapuccino! Tapi aku masih belum tau tentang siapa yang jadi Dilan, kan masih mencari ke a Dilan hehehe. Tapi aku percaya pada intuisi Ayah pasti tak akan salah, hanya saja aku takut jika apa yang menjadi ekspektasiku terhadap Dilan tak sesuai realitanya difilm. Aku takut jika difilm nanti, akan banyak yang hilang. Aku takut imajinasiku terhenti. Aku takut ayah. Namun, apapun yang menjadi keputusan ayah akan ku dukung. Selalu. Karena kita adalah kawan, dan jangan lama-lama syutingnya. Aku kan juga penasaran siapa yang jadi Suripto.

Yaudah ya Ayah, aku mau makan kue. Dirumah ada arisan, jadi ibu bikin kue dan bala-bala banyak! Muachhh 3729363737x!!!!!

Post a Comment

Dear readers, after reading the Content please ask for advice and to provide constructive feedback Please Write Relevant Comment with Polite Language.Your comments inspired me to continue blogging. Your opinion much more valuable to me. Thank you.