0

Pilkaos telah tiba! Ah rindunya aroma demokrasi. Yeay, ujung tombak dari sebuah organisasi adalah pemimpinnya. Dan kini, siapa yang akan jadi pemimpin organisasi itu berikutnya? OSIS. Organisasi Siswa Intra Sekolah. Setahun bersama mereka mengajarkan banyak sekali pelajaran bagi gue. Walaupun setelah ini gak lagi bersama, sejujurnya masih ingin disana, tapi ada alasan khusus yang membuat gue berfikir dua kali. Dan mungkin acara pilkaos ini ada acara terakhir gue di Osis. Yah, baper..

OSIS itu gue menurut gue, kalian juga menurut kalian, adalah seperti sebuah kapal besar dan tua. Kapal itu rentan sekali mengalami kecelakaan ataupun kerusakan karena sudah tua. Lalu, apa yang membuat kapal itu bisa selalu berlayar kokoh ditengah terjangan ombak dan kencangnya hembusan angin? Nahkoda. Iya. Nahkodanya haruslah nahkoda yang berpengalaman dan cihuy. Cihuy apa ya bahasa lainnya? Pokoknya nahkoda itu harus memahami bagaimana seluk-beluk si kapal tersebut. Seperti OSIS, organisasi itu akan berantakan jika sang ketua tidak berpengalaman dan tidak cihuy. Ah abaikan bahasa gue deh. Maklum anak bahasa. Dan OSIS itu memang seperti kapal besar dan tua yang berisi penumpang dari berbagai negara. Alias beda-beda. OSIS memang memperlihatkan senioritas mereka, karena apa? karena memang di OSIS tidak terdiri dari satu angkatan saja. Tapi ada dari kelas X, XI dan XII. Dan tentu saja jika senioritas itu tidak ada, lalu mau diletakan dimana rasa saling hormat dan menghargai diantara mereka? Njir. Sok banget gue. Fyi, senioritas di OSIS justru menciptakan rasa kekeluargaan diantara kami semua. Yang gak punya abang jadi punya, yang gak punya mbak jadi punya, yang gak punya adek jadi punya, yang gak punya pacar... itu gue. Ya gitu. Gue sebutin ya, gue gak punya abang, tapi di OSIS gue bisa berantem-berantem sama mas Faiz yang memang dasarnya se-sekbid sama gue. Bisa gitar-gitaran sama Malik, yang walau seangkatan tapi dia sudah kayak abang gue juga, terus ada mas Ibadh sama mas Biyan, walaupun sering habisin makanan gue, tapi gakpapa aku sayang kalian. Ada juga penasehat spiritual gue, mas Fajar. Lalu kalo mau curhat masalah baper, ke Mbak Nabila ahlinya, mau curhatin jurusan ada Mbak Icha juga, mau pinjem kamera bisa ke Alin hahaha. Lalu ada juga yang suaranya bagus, Aslam ehehehehe. Lo gak bakal nemuin hal-hal semacam ini di tempat lain. Bahkan di OSIS gue punya om dan tante. Om Arki, Tante Caca. Peace. Tuh kan, baper lagi.. dan pokoknya masih banyak lagi deh.

Oke kembali serius. Dan kini, nahkoda kita akan berpindah posisi. Setir akan diserahkan kepada yang pantas. Kemarin, kita kehilangan seorang nahkoda hebat yang nyaris mampu menciptakan rute-rute baru lintasan samudera yang akan diarungi bersama. Belum selesai, justru dia harus pindah tugas ke kapal lain. Selamat dan sukses nahkoda kami! Mas Abidin. Tetap jalankan kapalmu yang sekarang. Buat kapal itu hebat dan tangguh seperti nahkodanya! Lalu, sekarang semua warga MAN 2 Kudus dihadapkan pada ke 4 calon Nahkoda baru yang siap untuk mengarungi samudera.

Nahkoda pertama, seorang pria muda bertalenta dengan gitar dipunggungnya jika hendak pulang ke Jepara. Bibirnya yang mungil selalu melontarkan argumen-argumen yang membuat pendengarnya tak mampu lagi berkata-kata. Siapa dia? Penasaran? Cie. Reyhan Jawadi dari kelas XI MIA 4. Dengan segenap visi-misi yang tak muluk-muluk, Jawadi ingin menuntaskan visi-misi tersebut melalui teman-teman semua. Ya semoga saja, yang tak muluk-muluk itu dapat benar-benar terlaksana.

Nahkoda kedua, berdiri dengan gagahnya, seorang bernama berarti Raja. Dengan gaya khas-nya yang diam tapi mampu membuat semua tenggelam dalam satu tatapan. Tinggal di XI MIA 2. Malik Abdul Aziz. Dia teman sejak awal gabung di OSIS yang tak ku sangka dia kini mencoba mewujudkan arti dari namanya. Dengan segenap visi-misi demi OSIS yang lebih baik lagi, semoga itu semua benar-benar dapat terjadi jika dia terpilih nanti.

Lalu nahkoda selanjutnya, ada Kartini kita. Karena memang dia satu-satunya calon nahkoda wanita. Berasal dari kelas bahasa, menunjukan bahwa jurusan bukanlah penghalang segalanya, emansipasi harus berjalan sebagaimana mestinya. Lalu, apa arti perjuangan Kartini kita jika wanita hanya dianggap sebagai perusak rumah tangga? Janda-janda? Bapak-bapak? Ibu-ibu? Semua yang ada disini.. Khoirinnisa alias Icha menunjukan pada kita semua bahwa tak selamanya wanita selalu menjadi bahan injakan, tak selalu menjadi makhluk rentan akan cacian, dan bahkan Icha membuktikan pada kita semua bahwa Kartini memang harus diterapkan pada hidup wanita, jangan hanya pantainya saja yang kau buat liburan. Dengan tetap membawa hati lembut, dengan mantap Ia ikrarkan visi-misi demi meraih suatu kebanggan dan tujuan. Dan semoga, walaupun Ia wanita, Ia mampu menjalankan semua ikrarnya demi lintas-laju perjalanan kapal tua kita..

Lalu nahkoda terakhir, ada seorang gagah dari kelas 10 Mia 5. Baginya, usia bukan penghalang untuk jadi yang utama. Dengan visi-misi mempersatukan seluruh anggora dengan sistem bagi kerja, Aryo Bagus Aji Soma ingin membuktikan bahwa Ia mampu menjalankan kapal tua kita menjadi kapal yang semakin hebat. Walaupun disini dia satu-satunya kelas 10, dia termasuk kandidat yang cukup kuat dan banyak peminatnya. Tetap semangat dek!!

Tentukan pilihan kalian teman-teman, karena pemimpin yang baik secara terminologis adalah pemimpin yang mampu mentransformasikan apa yang ada pada pikirannya ke pikiran anggota, dan bisa menyusun sistem keorganisasian tersebut secara konstruktif, jadi tidak hanya memberi instruksi tapi bisa mengkritisi anggotanya secara eksplisit. Jangan golput ya kak! :)

Post a Comment

Dear readers, after reading the Content please ask for advice and to provide constructive feedback Please Write Relevant Comment with Polite Language.Your comments inspired me to continue blogging. Your opinion much more valuable to me. Thank you.